Bahwa jika diambil dua orang secara acak di planet ini, niscaya keduanya terhubung satu sama lain melalui rantai “teman dari teman dari teman” paling banyak sampai derajat keenam. Ini berlaku juga antara Anda dan Madonna.
Bumi: Sebuah planet berdiameter 12.742 km yang dihuni sekitar 5 milyar manusia. Jika kita menatap cakrawala di tengah samudera, planet ini memang terasa sedemikian luasnya. Padahal secara astronomi, Bumi hanya sebuah noktah mungil yang tidak berarti di tengah keagungan semesta raya.
Bumi dalam benak Frigyes Karinthy, seorang penulis Skotlandia, juga sama mungilnya. Namun sudut pandang yang diambil Karinthy adalah hubungan antarmanusia. Pada tahun 1929 ia menelurkan cerita pendek berjudul “Rantai”, di mana digambarkan semua orang di Bumi ini saling tehubung dalam sebuah rantai hubungan dengan perantara tidak lebih dari lima orang. Ambil contoh, hubungan Anda dengan Tuan Entah Siapa di -sebut saja- Finlandia. Anda tidak kenal Tuan Entah Siapa. Tetapi teman Anda, A, berteman dengan B yang adalah teman C, yang dulu satu sekolah dengan D, yang berteman dengan E. E, tidak lain dan tidak bukan, adalah tetangga Tuan Entah Siapa ini. Begitulah kira-kira hipotesis rantai hubungan ini bermula.
Ide yang menarik, bukan? Lepas dari apakah ini sekadar khayalan atau sungguhan.
Small World Phenomenon
Tidak tanggung-tanggung, selama dua puluh tahun sejak tahun 1950, dua ilmuwan jungkir-balik berusaha membuktikan ‘khayalan’ Karinthy secara matematis. Mereka adalah Ithiel de Sola Pool (MIT) dan Manfred Kochen (IBM). Meski berhasil membahasakan persoalan tersebut dalam sebuah persamaan matematika (“Pada sistem yang terdiri dari N orang, berapa probabilitas bahwa setiap anggota N terhubung dengan yang lain melalui rantai K1, K2, K3,..., Kn?”), mereka tidak mampu memecahkannya secara memuaskan.
Giliran sosiolog turun tangan. Pada tahun 1967, Stanley Milgram merancang cara baru untuk menguji hipotesis yang disebutnya “the small world phenomenon” itu. Secara acak dipilihnya sejumlah orang di daerah pantai barat Amerika, untuk menyampaikan paket kepada seseorang di Massachusetts. Si Pengirim tahu nama si Target, juga pekerjaan dan daerah tempat tinggalnya, tetapi tidak mengenalnya secara pribadi. Perintahnya adalah untuk memberikan paket itu kepada seorang teman yang telah mereka kenal baik, yang menurut mereka kemungkinan besar bisa menyampaikan paket itu kepada si Target, baik secara langsung maupun melalui “teman dari teman”. Perintahnya terus berlanjut sampai paket tersebut benar-benar sampai secara pribadi.
Milgram awalnya memperkirakan bahwa akan dibutuhkan ratusan perantara sebelum paket itu akhirnya tiba. Ajaib! Ternyata rata-rata hanya perlu lima perantara untuk masing-masing paket. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Psychology Today. Istilah populer “Six Degrees of Separation” juga lahir dari hasil riset Milgram ini.
Teori ini semakin kuat kala pada tahun 2001 riset ini diaplikasikan di internet. Duncan Watts (Columbia Univ.) menggunakan email sebagai pengganti paket yang harus dikirimkan. Dengan demikian, kritik yang selama ini ditujukan kepada penelitian Milgram yang lingkup pengambilan sampelnya terlalu kecil bisa dibungkam. Watts melibatkan 48.000 pengirim (Milgram hanya 60) dan 19 target (Milgram hanya 1) di 157 negara (Milgram hanya 1). Dengan riset yang lingkupnya seluas ini, didapati bahwa jumlah rata-rata perantara untuk setiap email yang sampai adalah -tanpa dapat disangkal- enam. Memang ajaib.
Six Degrees of Kevin Bacon
Bahkan sebelum riset Watts dijalankan, “Six Degrees of Separation” telah diterima sebagai ikon budaya pop. Penyebabnya tentu saja film Hollywood “Six Degrees of Separation” yang naskahnya ditulis oleh John Guare. John Guare mengambil judul itu karena terinspirasi temuan Milgram. Sebaliknya, film itu sendiri menginspirasi lahirnya game komputer terkenal “Six Degrees of Kevin Bacon”.
Siapa yang tidak kenal Kevin Bacon? Aktor berbakat ini telah membintangi begitu banyak film dan berkali-kali meraih penghargaan. Ini salah satu alasan kenapa namanya dicomot sebagai nama game tersebut. Alasan utamanya jauh lebih sederhana: karena “Six Degrees of Kevin Bacon” berima dengan “Six Degrees of Separation”, tidak seperti kalau kita pakai “Six Degrees of Tom Cruise” atau “Six Degrees of Keanu Reeves”.
Game ini adalah aplikasi teori “Six Degrees of Separation” dalam dunia para aktor film. Begitu terkenalnya game buatan Brett Tjaden (Univ. Of Virginia) ini, sampai-sampai website-nya masuk dalam daftar 10 website terbaik 1996 versi majalah Time. Selain idenya menarik, cara main game ini juga mudah; pemain tinggal menghubungkan seorang aktor film (siapa saja) dengan Kevin Bacon secepat mungkin dan dengan mata-rantai sesedikit mungkin. Hubungannya tentu saja berupa film yang dimainkan bersama, dan dekat-jauhnya hubungan itu dinyatakan dengan Angka Bacon. Dalam ‘dunia yang disederhanakan’ ini ternyata rata-rata aktor memiliki Angka Bacon 2 atau 3.
Komunitas matematikawan juga menciptakan angka serupa, yaitu Angka Erdos, untuk mengukur dekat-jauhnya hubungan masing-masing. Yang menjadi pusat semestanya adalah matematikawan Paul Erdos.
Friendster
Teori “small world phenomenon” pun lantas berkembang menjadi “small world networks”. Hingga kini aplikasinya telah menyentuh banyak sekali bidang, mulai dari jaringan sumber tenaga, koneksi internet, sampai analisa perilaku serangga. Aplikasi yang paling populer adalah Friendster.
Friendster, yang saat ini sedang ngetren di Indonesia, adalah website jaringan sosial yang didirikan Jonathan Abrams pada tahun 2002. Di sini setiap anggotanya memiliki galeri untuk ‘memamerkan’ teman-teman mereka. Website Friendster mengintegrasikan galeri-galeri ini, sehingga kita bisa melihat-lihat galeri teman lain, atau teman dari teman, dan seterusnya. Premisnya, dengan cara ini kita selalu terhubung dengan orang-orang yang merupakan teman-dari-teman-dari-teman-dari-teman, bukan sepenuhnya orang asing seperti di ICQ atau IRC.
Sampai sekarang Friendster membatasi akses antaranggota sampai paling banyak teman berderajat tiga (3rd-degree friends). Padahal, menilik riset Milgram dan Watts, jika galerinya diintegrasi hingga derajat keenam, sangat mungkin kita bisa melihat langsung bagaimana keterhubungan kita dengan Madonna, atau George W. Bush, atau Pangeran William.
Tentunya dengan asumsi kasar bahwa mereka juga termakan budaya pop dan ikut mendaftar di situs Friendster..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment