Tuesday, June 07, 2005
Narsisisme dalam Seni
(DARI SMURF SAMPAI POWERPUFF GIRLS)
Selama lebih dari 2000 tahun, kisah Narcissus telah mengilhami seniman dalam karya-karyanya. Ovid adalah contoh klasik. John Keats, penyair terkenal dari Inggris, juga membawa-bawa Narcissus dalam puisi panjangnya, “I Stood Tip-Toe on Top of a Hill”. Tidak terhitung jumlah naskah drama yang mengangkat elegi kisah Narcissus dan Echo. Seni lukis pun tidak mau ketinggalan.
Narsisisme merasuk juga dalam karya-karya yang lebih ringan dan modern. Sebut saja komik klasik terkenal “Smurf”. Dari 100 smurf di desa, ada satu yang mengidap narsisisme sampai membawa cermin ke mana-mana: Vanity Smurf. Bahkan smurf ke-100 sebenarnya adalah bayangan si Vanity Smurf yang melarikan diri dari cermin.
Powerpuff Girls, serial kartun terkenal yang digemari anak-anak, juga menyimpan karakter narsisis di dalamnya. Bahkan karakter ini adalah salah satu karakter kunci: Mojo-Mojo. Monyet jenius yang menjadi musuh utama trio Blossom, Bubbles, dan Buttercup inilah pengidap sindrom Narsisisisme.
Yang paling menarik mungkin konsep pembalikan seperti yang diungkapkan Paulo Coelho dalam prolog buku fenomenalnya, “Sang Alkemis”. Coelho mengandaikan bahwa pengidap narsisisme bukanlah Narcissus sendiri, melainkan justru sang Kolam yang setiap saat ditatapnya. Ketika Narcissus berubah menjadi bunga, sang Kolam merasa kehilangan. Karena Sang Kolam tidak bisa lagi menatap keindahan dirinya sendiri yang tercermin dalam mata Narcissus!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment